Pagi ini matahari bersinar dengan cerah, secerah wajah anak-anak yang bersemangat berangkat sekolah. Iya, hari ini mereka akan mengikuti pembelajaran tatap muka secara terbatas. Mengapa terbatas ? Karena baru dilaksanakan untuk kelas 4, 5 dan 6.

Pembelajaran tatap muka atau PTM digelar setelah adanya penurunan level penularan Covid 19 dari level 3 menjadi level 2, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

Dengan mengenakan seragam baru karena seragam lama sudah tidak muat,  mereka melangkahkan kaki ke sekolah yang sudah lama  tidak dikunjunginya. Para siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran tatap muka ini, mengingat selama satu setengah tahun mereka belajar secara daring. Terlihat jelas binar-binar kebahagian di mata mereka. Setelah semalam mereka tidak bisa tidur, membayangkan esok pagi akan bertemu dengan teman-teman dan juga guru, yang selama daring hanya bisa dilihat melalui layar gawai atau laptop.

Setiap kelas dibagi menjadi 2 yaitu kelas PTM (Pembelajaran Tatap Muka) dan kelas PDR (Pembelajaran Dari Rumah). Untuk murid-murid yang sedang PDR dapat menyimak pelajaran melalui zoom atau google meet, sehingga mereka mendapatkan materi yang sama dengan murid-murid yang ada di sekolah. Pembelajaran juga dibatasi hanya 2 jam atau 4 jam pelajaran, masing-masing berdurasi 30 menit.

Saking senangnya bertemu dengan teman-teman dan guru, waktu 2 jam yang diberikan terasa masih kurang. Ada saja cerita yang mereka sampaikan, mulai pengalaman belajar daring sampai kebosanan mereka di rumah saja selama pandemi. Mereka juga antusias menjawab maupun bertanya jika kurang paham dengan pelajaran yang disampaikan guru. Kelas yang hanya berisi 50 % dari jumlah siswa, terdengar ramai dengan celotehan mereka.

Beberapa alasan mereka antusias dengan PTM  ini diantaranya adalah bisa bertemu dengan teman dan guru, lebih paham dengan materi pelajaran, tidak membosankan karena menggunakan banyak metode dalam penyampaiannya. Bahkan ada yang mengatakan jika belajar daring menyedihkan karena sering dimarahi orang tuanya. Hal itu bisa dikarenakan orang tua mulai merasakan kejenuhan dalam mendampingi belajarnya.

Nah, ini juga yang menjadi alasan orang tua menyambut antusias PTM tersebut, yaitu mengurangi beban berat dalam mendampingi anak-anak belajar daring. Apalagi bagi orang tua pekerja yang harus membagi waktu antara pekerjaan di kantor dan mendampingi anak belajar. Sehingga banyak juga anak-anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas daring karena terkendala beberapa faktor, diantaranya adalah terbatasnya fasilitas seperti gawai, kuota maupun sinyal. Bahkan ada diantara orang tua yang masih awam dalam mengoperasikan gawai.

Bertemu dengan teman-teman dan guru ternyata dapat membangkitkan gairah dan semangat anak-anak dalam belajar, sehingga imunitas diri juga meningkat. Ada rasa enggan untuk pulang meskipun jam pelajaran telah usai.

Pembelajaran tatap muka ini memang menjadi sesuatu hal yang dinanti-nantikan semua anak di Indonesia. Meskipun harus dengan protokol kesehatan yang ketat, tidak mengurangi antusias anak-anak  dalam mengikuti PTM ini.

Semoga pandemi segera berakhir, dan pembelajaran tatap muka tidak dibatasi lagi. Semua kelas dapat bersekolah seperti dulu lagi.

Bu Guru Wiendy